Minggu, 18 Juli 2010

SISTEM FONOLOGI BAHASA BUGIS BONE (SFBBB) KELOMPOK JUN, ADRAL, YOS

Terimakasih atas kerjasama Kelompok JAY...

Biarlah apa yang kita telah teliti, dapat dibuat acuan bagi adik-adik mahasiswa pasca sarjana berikutnya khususnya dan masyarakat umum...masih ingat khan pusingnya saat tidak ada acuan tatkala kita berkutat dengan penelitian ini....

Saya beranggapan teman-temanku yang baik...ini bagian dari amal...lewat blog ini juga saya mohon ijin mempublikasikan hasil penelitian yang telah kita buat...atas pengertiannya terima kasih...blogger:juniato sidauruk.

SISTEM FONOLOGI BAHASA BUGIS BONE

Tugas Fonologi
Dosen: Dr. Myrna Laksman - Huntley


Tugas Kelompok JAY

Juniato Sidauruk 0906655282

Adrallisman 0906499890

Yorsi satria 0906587086


Pascasarjana Ilmu Linguistik
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, MEI 2010



Thank U...

intonasi pemarka ketaksaan waduh bagus banget

Please dech jangan main download aja tanpa seijin penulis...ada Undang Undangnya loch...


Terimakasih tidak mendownload tanpa ijin penulis...

Discourse Analysis

Mohon Jangan Download....Capcai Dech....Izin dulu yaaaaa...

Verbs and Time: Syntax

Sintaksis Verbs and Time

Presentasi Sintagmatik Paradigmatik

Hubungan Sintagmatik - Paradigmatik

Hubungan Sintagmatik - Paradigmatik

Pada uraian ini, saya mencoba menguraikan hubungan sintagmatik – paradigmatik atas Definisi dan Istilah, Contoh, Manfaat Praktis, serta Rujukan Bacaan.
Definisi dan Istilah
Hubungan sintagmatik – paradigmatik, dikemukakan oleh F. de Saussure (1857 – 1913) – Bapak Linguistik Modern -- yang pada awalnya terkait upaya analisis linguistik terhadap tataran dalam bahasa. Ada dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan asosiatif.
Ada beberapa pakar yang menyumbangkan pemikiran mereka tentang relasi ini. Hasspelmath, Hjelmslev, Firth, Verhaar, Bloomfield, Jakobson dan mungkin linguis lainnya yang belum sempat saya jadikan rujukan. Pendapat Hasspelmath sebagai acuan utama kurang banyak memberi petunjuk yang jelas dan rinci seputar relasi ini. Pada intinya para linguis itu mengaminkan satu sama lainnya hanya saja perbedaan terminologi yang mungkin menjadi ciri khas dari para linguis.

Jakobson menyebut relasi sebagai “axes” (sumbu atau poros). Kombinasi 'this-and-this-and-this' (seperti dalam kalimat 'the man cried') untuk relasi sintagmatik; sementara paradigmatik, seleksi 'this-or-this-or-this' (Misalnya penggantian kata pada kalimat tertentu; 'died' atau 'sang').” Pendapat ini diaminkan oleh Lee Haruki bahwa dalam analisis linguistik sering dipahami bahwa dimensi paradigmatik bahasa sebagai seleksi ‘vertical axis’.
Relasi Paradigmatik ini merupakan hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan suatu kalimat. Hubungan asosiatif ini tampak bila suatu kalimat dibandingkan dengan kalimat lain.
Dalam Oxford Concise Dictionary of Literary Terms, diartikan bahwa “paradigm is: a set of linguistic or other units that can be substituted for each other in the same position within a sequence or structure.” A paradigm in this sense may be constituted by all words sharing the same grammatical function, since the substitution of one for another does not disturb the syntax of a sentence. Sedangkan “syntagm”: a linguistic term designating any combination of units…which are arranged in a significant sequence.” Pun sebuah kalimat sebagai sebuah sintagmatik dari kata-kata. Jadi dapat dipahami paradigmatik itu sebagai substitusi sedangkan sintagmatik itu kombinasi bersekuensi.

Pemerian Contoh
Baiklah diuraikan dalam contoh berikut:
Seperti kata “saya”, “memetik” dan “bunga”. Ketiga kata ini bisa digabung menjadi kalimat “saya memetik bunga”. Gabungan kata yang sesuai itu memiliki makna. Penggabungan kata ini tidak terjadi begitu saja, tetapi dipertimbangkan menurut konvensi bahasa dan kolokasi kata. Kata “memetik” tentu tidak bisa digantikan dengan kata “mengalir”. Atau gabungan kata “bunga mengalir” ; Karena gabungan ini tidak memiliki makna karena tidak sesuai tata bahasa yang umum atau standar.
Kalimat: “The cat was sitting on the rug,” “the” dipilih dari sejumlah kata seperti “a,” “their,” “his,” dan “my” yang dapat mengisi slot yang sama menurut sistem paradigmatik, yakni, seleksi ‘vertical axis’. Juga, “cat” dipilih selain “dog,” “boy,” atau “baby,” serta “was” dibanding memilih “is,” dst. Juga dua kalimat berikut: “I write what I know.”; dan “I know what I write.” Terdiri dari satuan yang sama, “I,” “write,” “what,” dan, “know.” Tetapi, makna dari dua kalimat ini berbeda karena satuan-satuan yang menyusun kalimat tersebut diatur secara berbeda didasarkan atas sistem sintagmatik, yaitu kombinasi “horizontal axis”.
Dalam bahasa Perancis misalnya kata “re-lire” (baca kembali), la vie humain (kehidupan manusia) disusun secara linier (berada dalam in-praesentia) artinya unsur-unsur tersebut harus hadir secara berurut dalam waktu tertentu secara lengkap. “éducation” (pendidikan), “apprentisage” (pembelajaran) berhubungan secara paradigmatik dengan kata “enseignment” (pengajaran) dalam artian bahwa kata yang disebutkan terdahulu selalu solider dengan kata yang disebut terakhir (in-absentia) (Kembuan).

Pada kalimat diatas “Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen”, kata “terima kasih” digantikan dengan “mauliate” (bahasa Batak Toba); “haturnuhun” (bahasa Sunda); “horas” (bahasa Batak Toba); “danke” (bahasa Belanda) bertujuan untuk menunjukkan bentuk relasi paradigmatik bahwa bisa digantikan oleh kata lain dalam bahasa daerah sehingga dibubuhkan tanda kutip. Memang harus diingat bahwa relasi paradigmatik itu seharusnya dalam bahasa yang sama yang lebih mengarah pada pemilihan kata saja.
Jadi pada paparan ini, pesan terstruktur menurut dua sistem paradigmatik dan sintagmatik. Dalam The Linguistics Encyclopedia diperikan bahwasanya pada “syntagmatic axis” kata-kata terhubung (linked, or chained) menurut aturan-aturan gramatika, tetapi kita membuat pilihan tentang kata-kata yang mana yang dihubungkan bersama merupakan “paradigmatic axis” -- axis of choice.

Manfaat Praktis Memahami Relasi Sintagmatik – Paradigmatik

1. Dalam “Term Variation” (Baca: Syntagmatic and Paradigmatic Representations of Term Variation: Christian Jacquemin (341-343) 10.1.1.12.9208[1] syntagmatig.pdf
2. Dalam penyusunan kamus (Igor A. Bolshakov and Alexander Gelbukh)
W04-2110[1] paradigmatic n s.pdf Ringkasnya tentang : syntagmatic (collocations), paradigmatic (WordNet-like), or paronymic (words similar in letters or in morphs).
3. Dalam Percakapan Sehari-hari ; 05_Lee PARADIGM N SINTAG.pdf
4. Dalam Bidang Multimedia (Prof. Marc Davis : slide 22-23) 2004-09-08_IS246-Lecture-03_FINAL PARADIGM N S.ppt
5. Dalam Pengajaran Bahasa (Jumbled-letters, Rearranging Sentences, dsb.)
6. Dalam membentuk pola berpikir yang sistematis.
7. Bidang Penerjemahan (Grammar Translation Method).

Rujukan Bacaan:

Bahan bacaan tentang Relasi Sintagmatik – Paradigmatik dari Hasspelmath, Bauer; Palmer; Saeed; Verhaar; Broughton; Chandler; Lee; Wajiran; Ahimsa; Kridalaksana; Bolshakov dan Gelbukh; Davis; Kembuan, Jacquemin.

Jumat, 16 Juli 2010

Tips Hilangkan Windows Genuine

Windows Genuine itu apaan sih?

Seringkali di Laptop khususnya muncul selalu peringatan "You are a victim of Windows Counterfeiting" (kalo bisa saya artikan "Windows Anda Palsu") artinya anda bisa dikenakan pasal berlapis-lapis seperti kue lupis...Peace...

Sebenarnya Windows mencoba melakukan validasi atas sistem windows yang anda gunakan. Namanya cuma validasi berarti ada enkripsi kode-kode tertentu sehingga digolongkan asli "Genuine" atau palsu "counterfeiting".

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa demi finansial mungkin kebanyakan PC dan Laptop Users menjatuhkan pilihan pada Asli Bajakan alias Palsu tersebut...maklumlah modal pas-pasan....Tapi ingat bro n sus,,, kalo lagi apes ada pemeriksaan...ya kena pasal deh....

Pesan alert untuk keaslian windows itu biasanya muncul pada saat kita Turn On (menghidupkan Kompy atau Lappy)..muncullah "You are a victim of Windows Counterfeiting",
Kita coba restart juga kita dihadiahi pesan yang sama....tentu sebelum bisa nerobos ke Program di Windows,,,yah perlu waktu beberapa detik deh.. Memang tidak berisiko sih...tapi kalaupun Kompy atau Lappy sedang kita gunakan, pesan yang sama suka alert/muncul...

Kalo sudah begini bagaimana???
Sebagian yang tidak sabar,,,yah menginstal kembali...cukup lama tentunya selain berisiko data sebelumnya hilang dsb,,,pokoknya jadi ribet urusannya...

Kong atiq musti beking apa dang deng ta pe kompy atau leppy ini,,,,

Saya sarankan memang ada benarnya pake yang asli ....dalam segala hal...(hindarilah yang namanya kepalsuan,,,,karena palsu itu Fals,,,seperti suara yang fals....khan merusak pendegaran saja,,,,Peace)

Stop Bro n Sus, kenapa tidak coba praktekkan beberapa trik berikut,,,terbukti manjur koq....


Alert Windows Genuine Victim? No Way

Pertama-tama tekan tombol Ctrl + Alt + Del (gunanya untuk membuka Task Manager)
Lihat ada Tab PROCESS, cari yang ada tulisan Wgatray.exe, terus klik end process, (tujuan mengklik END PROCESS supaya aplikasi windows genuine itu di-off-kan (Mati).
Sukses dengan 2 trik tersebut, siap-siaplah me-RESTART kompy atau lappy Anda dan saat restart tersebut Tekanlah F8 (gunanya agar kompy anda masuk dalam bentuk SAFE MODE. Anda harus memastikan berada dalam Safe Mode.

Kalo sudah di dalam safe Mode, coba Klik Start, lalu Run, lalu pada dialog Boxnya (kotak yang tampil setelah klik Run, isikan/ketik regedit (agar menerobos registry editor.

Temukan lokasi HKEY_LOCAL_MACHINE \\ SOFTWARE \\ Microsoft \\ windowsNT \\
CurrentVersion \\ Winlogon \\ Notify; lalu

setelah itu, Temukan folder WGALOGON dan Hapuslah semuanya beserta seluruh isinya.
Kalau sudah, coba restart biasanya, pesan aneh tadi sudah tiada.

Seandainya masih ada, bagaimana ?
sebaiknya hapus program WGA (Windows Genuine Advantage). Berikut cara menghapus WGA-nya.

Lakukan 2 Trik pertama di atas, kalo sudah ya restart Kompy anda dan sekali lagi masuk ke Safe Mode dengan cara menekan F8 saat restart.

Lalu, hapuslah aplikasi Wgatray.exe dari folder di drive "C:\Windows\System32"
Selain itu perlu juga dihapus Wgatray.exe dari folder "C:\Windows\System32\dllcache"
(hanya jika ada disana)

Terus, Klik Start, lalu pilih Run (akan tampil dialog box) lalu ketikkan regedit.
Temukan lokasi HKEY_LOCAL_MACHINE \\ SOFTWARE \\ Microsoft \\ Windows NT \\
CurrentVersion \\ Winlogon \\ Notify; lalu
Hapuslah folder WGALOGON beserta semua jeroannya (isinya). Kalau sudah, silahkan restart kompy/Lappy anda....
Saya sarankan sebelum restart, siapkan dulu minuman kesukaan anda...jadi pas windowsnya sukses...anda pun akan tersenyum...bahwa ilmu anda bertambah dan anda kini bisa mengatasi masalah tanpa masalah....(heheheh seperti tagline Pegadaian saja..pinjam Bro n Sus)

Di Lain waktu,,,agar WGA tersebut tidak terinstal lagi di Kompy/Lappy anda, matikanlah automatic updates-nya. Mau tau caranya? Penasaran ya....baik bro n sus.

Cara mematikan WGA Automatic Update Windows:

1. klik start, pilih Run, dan pada dilog box ketikkan msconfig

2. Pada Tab General, Pilih Selective Start Up

3. Selanjutnya pada Tab Services, hilangkan tanda checklist di Automatic Updates, lalu OK.

4. Akhirnya siaplah untuk me-Restart kompy/Lappy anda dan menikmati minuman kesukaan anda .....


Selamat Mempraktekkannya...

Bagaimana Format SD, MMC Card, FLASHDISK tidak Terdeteksi Windows XP

Format SD, MMC Card, FLASHDISK tidak Terdeteksi Windows XP

Bro n Sus,

Baru nih kejadian....
Flashdisk, SD, Kartu MMC, dan Flashdisk sy tidak bisa format Windows XP.
Mungkin saja bro n sus pernah mengalaminya,,nyebelin pastinya...

Ini berangkat dari keputusasaan....dideteksi ya..tapi pas di format tidak bisa...alias incomplete artinya unusable (ga bisa kepake lagi dech..)
LEMBIRU...saja, tapi pikir dulu bos....

Kenapa tidak coba tips ini dan sudah saya praktekkan,,,,dan 100% ok..
Begini caranya:

Cobalah MyComputer di Klik Kanan lalu Pilih Manage, Habis itu tampillah dialog Box, arahkan Tikus anda ke Storage (biasanya sih langsung tampil juga storage / kartu / atau flashdisk drive,,,sabar bro n sus,,lanjutkan lagi...ke Disk Management. Lalu lihat dialog box sebelah kanan langsung ada jenis drive yang terhubung dengan PC atau Laptop Anda...
sekarang keputusannya ada di tangan Anda mau format drive yang mana (hati2 jgn salah klik drive). Misal Flashdisk drive F: maka klik kanan di drive tsb lalu pilih Format usahakan dengan FAT 16 dulu (tujuanne biar nanti lebih mudah diformat ulang di Windows XP). nanti klo dah komplit silahkan mau diformat ke FAT 32 atau NTFS ya terserah anda.

Itu saja tipsnya dan saya senang anda tidak lagi pusing untuk memformat Flashdisk, atau Card SD, MMC dan sejenisnya...

selamat mencoba ya....

Bagaimana Format SD, MMC, FLASHDISK tidak Terdeteksi Windows XP

Bro n Sus,

Baru nih kejadian....
Flashdisk, SD,

Bagaimana Format SD, MMC, FLASHDISK tidak Terdeteksi Windows XP

Bro n Sus,

Baru nih kejadian....
Flasdi

Kamis, 15 Juli 2010

Tiz Me (Part 2)

Tis me (Part 1)

Fatma-Trans TV

Lagi-Lagi Gila-Gila

Fatma-Trans TV


Maaf mengutip sekilas dari Vivanews Kamis, 15 Juli 2010, 12:29 WIB

VIVAnews - PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) melaporkan ke Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri ihwal beredarnya video porno yang mencatut nama salah satu karyawannya. Trans TV merasa dicemarkan nama baiknya dengan beredarnya video tak senonoh itu.

Miris
Sangat Miris
Saat Negara maju mengembangkan teknologi terkini dan selalu melakukan inovasi demi kemanusiaan,,,hal yang cukup lucu ada di Negara kita.

Setiap hari kita hanya sibuk dengan hasil Pemilukada --yg kalah sperti biasanya kurang sportif...Bisa ga seh kita dukung saja pihak yang menang toch kita akan menikmati pembangunan yang mereka jalankan saat bertugas....Bagaimana mau berbuat kalau setiap detik mereka khawatir......

Ini lagi....ada-ada saja...kalo memang itu bukan salah satu karyawannya...koq maaf kalo berjenggot....koq kebakaran jenggot? Memang sih eneq juga kalo dikambingputihkan ye... saya sih dukung usaha Bapak....

Gila-gila memang gila...tiap hari yang diurusi pihak berwenang adalah adegan mesum...
Kasihan ama Pak SBY, ntar beliau jadi pikiran lagi dah tuch seperti video kemarennnnn...Peace Mr. President. Beliau sudah melakukan yang terbaik bagi bangsa ini semampu Beliau...janganlah kita urusi hal-hal kecil seperti adegan mesum yang ga jelas tuch........ (Sumpah pocong sj pelakunya)

Banyak orang tua akan berpikir bahwa berita dari TV ataupun media lainnya akan mempengaruhi tindak tanduk mereka...

Tipsnya: Siram dan Basuhlah jiwa anak-anak kita dengan nilai-nilai agama dan sex-education yang benar (tanpa harus mempraktekkannya di tau atau tanpa ditau anak-anak)....

Maaf ye...saya lanjut lagi mengutip dari Vivanews, bahwa Menurut Hadiansyah, si pemeran wanita jelas bukan karyawan Trans TV. Karena itu, mereka meminta Polri untuk mengusut penyebaran video itu.
"Supaya diusut secara tuntas, siapa pelaku dari penyebar video itu."

Maaf harus saya beri detil tentang sex-education yang sy maksudkan disini relevan ke arah mana. Kalo kita bilang SEX, yah Ada lelaki dan Wanita, dengan kelebihan dari masing-masing makhluk mulia ini.
jadi terkait juga dengan bagaimana kemudian dalam cara memperlakukannya diantara dua jenis ini dan antar sesama..
(maaf bagi yang berada dalam dua dunia -- laki-laki bukan wanita bukan; atau laki-laki yang kewanita-wanitaan dan sebaliknya ----lagi musim soallnya)....
Sekali lagi mohon maaf saya mengakui eksistensi anda tapi saya agak bingung saja kalo diminta mengklasifikasikannya....Maaf ya....

Saya tau dikit tentang hal ini bahwa semua agama mengajarkan suatu moral yang patut diteladani dari para The Disciples (Pengikut2 Sang Maha...kan cuma transfer saja ,,,

Gakk mudah memang...tapi bagi orang tua kenapa mau jadi orang tua...malu pak,,,,bu... (maaf mungkin ada sebagian yang terpaksa ya jadi orang tua gitu...hahahah Peace...50000 X)


Ngutip lagi nih dari sumber yg sama:
Video porno berjudul "Fatma - Trans TV" ramai beredar sejak kemarin. Isinya mempertontonkan seorang wanita sedang melakukan adegan ranjang dengan seorang lelaki yang tak tampak wajahnya.

Apa yang dipersoalkan? Wong yang aneh itu kalau adegan ranjang dilakukan sesama jenis...iya toch...

Asyik juga ngutip-ngutip nih...masih dari sumber sama:


"Fatma-Trans TV"
"Orang akan bertanya-tanya apa benar ini karyawan Trans TV."

Emang...media turns out opini publik...sy sadari itulah The Role of Media.

Termasuk saat melapor ini, sebenarnya nggak usah dipublikasi ke umumlah...

Jadi gimana yach....jadi bingung...
pokoke koq wong kita itu selalu ngurusin hal-hal sepele kek gitu....

Bagi pengunggah video tersebut...anda cukup kreatif...
Bisa ga seh anda itu mengunggah video diri anda sendiri saja dech...
Koq harus ngerepotin orang.....kasihan khan mereka yang videonya anda unggah...


(Mohon maaf jika ada pihak-pihak yang merasa disinggung...)

My Photo Collection Vulgar Abizzzz Boooo

My Photo Collection

Free Blog Content

Rabu, 14 Juli 2010

Selamat Ye Adik2 Mhs

Sy atas nama pribadi mengucapkan selamat kepada mahasiswa yang telah lulus dalam beberapa mata kuliah yang saya asuh....khususnya kepada mahasiswa yang mendapat nilai A, selamat...jerih payah anda selama ini akhirnya anda tuai....selamat...selamat dan selalulah beri ruang dan waktu untuk memperdalam ilmu dan mempraktekkannya tanpa jemu...investasi masa depan.

Saya menyadari bahwa apa yang saya telah sampaikan kepada anda semua lewat perkuliahan dan media apapun belumlah pada tingkat upaya yang maksimal dan mungkin masih jauh dari bidang keilmuan yang sebenarnya...namun satu hal yang perlu diingat adalah....

Hal Kecil sangatlah bermanfaat Jika Anda bisa merubahnya menjadi sesuatu yang Besar...

Intinya, You Are You....gali,,,dan gali ilmu yang lebih dalam sambil mempraktekkannya karena Practice and Curiosity Make Perfect and Enrich Your Knowledge...

Bagi Mahasiswa yang memperoleh nilai kurang (D ataupun E)...yakinlah...ini bukan penentu kemampuan anda sebenar-benarnya...hanya saja mungkin dalam bidang ini Anda diberi kesempatan untuk lebih memperdalam penguasaan anda..dan saya berkeyakinan bahwa anda sebenarnya Bisa...mungkin saja waktunya belum sekarang....

Bersabarlah dan tetap giat belajar demi sukses anda di masa mendatang....dan berdoalah dan tetap mengucap syukur kepada Sang Empunya Hidup dan Kehidupan....Amin..

God Bless You All....JND

Untuk Nilai Mata Kuliah dan Kelas yang saya asuh TA 2009/2010 silahkan Link to www.bsi.ac.id

Privat English & Computer

Privat English & Computer
021-93664413 or 081384742705


Sibuk? Ikut kursus tetap gak bisa bicara? Apapun alasannya, saatnya Les / Privat Bahasa Inggris.

Untuk Siapa?

Anak2, Pelajar, Mahasiswa, Umum
Materi PERCAKAPAN (atau sesuai kebutuhan).
Komitmen kami Anda BISA BICARA...
Harga? sangat terjangkau....
Waktu? Bisa nego...
Kami pegang KOMITMEN...*
Guru ke Rumah

Install Komputer?
Belajar Komputer?
Terjemahan?
Telp saja 021-93664413 or 081384742705

Quiz UTS Writing II

Writing II quiz for UTS

I. Make your own sentences:
a. Noun Clause:
- Began with If or whether
- Began with That clause

b. Adjective Clause
- By relative pronoun
- By relative adverb

c. Sentence of adverbial clause of
- Time
- Cause and effect
- Condition
- Opposition

d. Make Sentence by using conjunction:
- Addition
- Contrast
- Conclusion
- Alternative

Quiz UAS Writing II

Quiz for UAS Writing II

A. Mention 5 senses that commonly used to describe features of thing, give example.
Sight, Sound, Smell, Taste, Touch
B. There are 4 things mainly focused in describing someone. Mention and give example.
Appearance, Background, Personality, CA and Interest.
C. Choose one and compose (a) paragraph(s):
- describing a place that is really fascinating.
- describing a person who plays important role in your life.
D. Apply and highlight narrative markers (at least 10 markers) in your narrative composition.
E. Explain briefly of what a letter, word, phrase, clause, and sentence is.

Puisi Kehidupan

Ini Liku Hidup
by: Juniato, 3 Mei 2009: 07:00 a.m

...
Hidup ini apa adanya
Hidup ini ada apanya
Apa adanya hidup ini
Ada apanya hidup ini
Ini ada apanya hidup
Ini apa adanya hidup
Apanya ada hidup ini
Adanya apa hidup ini
Apa hidup ini adanya
Ada hidup ini apanya
Ini hidup apanya ada
Ini hidup adanya apa
Ini apanya hidup ada
Ini ada hidup apanya
Ini apa hidup adanya
Ini ada apa hidupnya
Ini apa ada hidupnya
Hidup ininya ada apa
Hidup ininya apa ada
Hidup apanya ada ini
Hidup adanya apa ini
Hidup apa adanya ini
Hidup ada apanya ini
Ininya ada apa hidup
Ininya apa ada hidup
Ininya hidup ada apa
Ininya hidup apa ada
...

Selasa, 13 Juli 2010

INFLEKSI VERBA BAHASA BELANDA oleh Juniato Sidauruk

MAKALAH MORFOLOGI

INFLEKSI VERBA BAHASA BELANDA


UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KULIAH MORFOLOGI
Dosen : Dr. Risnowati Martin

Oleh:
Juniato Sidauruk
NPM. 0906655282


PASCASARJANA ILMU LINGUISTIK
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
APRIL 2010


(Mohon maaf, jadikanlah tulisan ini sebagai gambaran saja bagaimana sih bentuk makalah small project MK. Morfologi; tidak sudi untuk dikutip sebagian maupun keseluruhan isi tulisan ini tanpa ijin tertulis dari penulis)....Thx


INFLEKSI VERBA BAHASA BELANDA

1. Latar Belakang, Alasan dan Tujuan Penelitian

Bahasa Belanda sebagai satu dari sekian banyak bahasa di dunia ini merupakan salah satu bahasa yang banyak mengalami perubahan unsur-unsur bahasa, baik dari sisi unsur lingual dan non-lingual yang memiliki pola-pola terstruktur. Perubahan ini sifatnya abstrak, namun sebagai bahasa yang berkembang tentu ada produktifitas penggunaan satuan bahasa tersebut. Satuan bahasa yang dimaksudkan di sini adalah tataran fonologi, morfologi, sintaksis, semantik sebagai satuan dalam bahasa.
Produktifitas Bahasa Belanda pada tataran morfologi khususnya infleksi verba akan diteliti pada kesempatan ini. Verba dalam beberapa bahasa dunia adakalanya mengalami perubahan-perubahan tertentu. Bergerak dari ketertarikan peneliti atas Bahasa Belanda sebagai bahasa yang belum sempat diteliti lebih jauh sebelumnya sewaktu di tingkat Sarjana serta niat menambah pengetahuan tentang salah satu sub topik morfologi menjadi penyemangat peneliti dalam melakukan penelitian berskala kecil ini.
Produktifitas bisa terjadi sebagai penanda bahwa satu bahasa mengalami perkembangan, walaupun ada bagian-bagian tertentu dalam satuan bahasa yang mungkin tidak mengalami perubahan. Fokus peneliti adalah keinginan untuk mengadakan penelitian tentang produktifitas infleksi verba Bahasa Belanda, terutama pada empat kata kerja “gaan” (‘pergi’), “hebben” (‘mempunyai)’, “maken” (‘membuat) dan “sprachen” (‘berbicara’).
Tujuan dan ruang lingkup penelitian berskala kecil ini adalah untuk melihat bentuk infleksi verba dalam Bahasa Belanda. Secara morfologis, peneliti mencoba untuk mengenali proses pembentukan infleksi verba. Agar uraian dalam penelitian ini lebih lengkap terkait dengan infleksi, peneliti merasa perlu menunjukkan pada saat seperti apa sebuah verba berinfleksi dan bagaimana bentuk infleksinya. Kemudian peneliti juga akan menguraikan arti kata yang berinfleksi tersebut.
Fokus penelitian atas kata kerja “gaan” (‘pergi’), “hebben” (‘mempunyai)’, “maken” (‘membuat’), dan “sprachen” (‘berbicara’) tersebut didasari oleh intensitas penggunaan kata kerja yang dimaksud dalam percakapan sehari-hari. Memang, ada begitu banyak kata kerja pada tiap bahasa. Namun peneliti merasa tidaklah cukup waktu untuk membahasnya satu per satu. Dengan menguraikan empat kata kerja tersebut, peneliti mengharapkan bahwa proses morfologis dan produktifitas serta model pembentukan infleksi yang bertolak pada kala dalam suatu bahasa, dalam hal ini Bahasa Belanda, dapat terwakili. Pada akhirnya peneliti akan menarik kesimpulan atas paparan infleksi kata kerja yang menjadi fokus penelitian.

2. Landasan Teori

Beberapa teori digunakan oleh peneliti untuk mendukung penelitian ini. Katamba (1994:22) mengemukakan bahwa verba di dalam kalimat pada sebagian besar bahasa-bahasa di dunia mengalami proses morfologis yang kompleks dibanding kelas kata lain. Perubahan itu dikenal dengan infleksi dan derivasi. Yang pertama sangat berhubungan dengan pembentukan kata dikaitkan dengan aturan sintaksis. Perubahan tersebut disebabkan oleh proses afiksasi dan tidak mengubah kelas kata. Ketika perubahan itu mengubah kelas kata, maka perubahan itu disebut derivasi.
Alwi, dkk. (2003:13) menambahkan bahwa verba merupakan salah satu bentuk kelas kata yang dapat diidentifikasi dan dibedakan dari kelas kata lainnya dengan cara melihat ciri-cirinya, yang merupakan fungsi utama sebagai infinitif dan mempunyai makna perbuatan atau aksi.
Verba dari segi bentuk dapat dibedakan menjadi verba bebas yang dalam bentuk morfem dasar bebas disebut sebagai stem (pangkal) atau base (dasar) dan verba terikat dalam bentuk verba telah mengalami afiksasi, reduplikasi merupakan gabungan proses atau berupa paduan leksem. Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri. Sedangkan morfem yang tidak dapat berdiri sendiri disebut morfem terikat. Morfem ini selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain (Katamba, 1994:218).
Katamba (1994:221) menyatakan bahwa infleksi pada verba dapat berkaitan dengan aspek dan konjugasi. Pada intinya, aspek mengindikasikan apakah sebuah kejadian, pernyataan atau tindakan yang ditunjukkan dalam verba sudah selesai atau masih berlangsung. Kridalaksana (2008:93) menyebutkan infleksi sebagai unsur yang ditambahkan pada sebuah kata untuk menunjukkan suatu hubungan gramatikal misalnya s dalam boys menunjukkan infleksi plural, s dalam reads menunjukkan infleksi verba orang ketiga.

3. Metode Pemerolehan Data


Metode pemerolehan data dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai sumber. Selanjutnya peneliti menganalisis, lalu menerapkan dalam contoh kalimat serta melakukan cross-check (cek silang) dengan penutur aktif Bahasa Belanda untuk memastikan keberterimaan atas bentuk konjugasi tersebut.

4. Kendala Penelitian


Peneliti sadar akan adanya keterbatasan waktu dalam melakukan penelitian ini. Intensitas temu peneliti dengan informan saat berkunjung ke Jakarta dan kontak via telepon serta via email cukup menguras isi kantong. Untuk diketahui, informan utama peneliti adalah seorang Profesor yang mengasuh mata kuliah Bahasa Belanda sewaktu peneliti menempuh pendidikan tingkat Sarjana. Intensitas temu dengan informan menjadi kendala utama dalam penelitian ini. Namun semua itu peneliti anggap sebagai sebuah tantangan yang memberi kesan dan kenikmatan tersendiri dalam melakukan penelitian.

5. Infleksi Verba Bahasa Belanda
Infleksi verba Bahasa Belanda lebih umum disebut konjugasi, dimana verba mengalami proses infleksi yang tergantung dari subyek dalam kalimat yang bernama subyek Strong Form (SF) dan Weak Form (WF). Yang pertama lebih pada penggunaan pronomina persona secara formal, dan berikutnya secara informal. Namun, tidak semua pronomina persona memiliki WF. Kata ganti untuk benda “het” tidak akan diuraikan lebih jauh karena contoh kalimat yang akan dipaparkan disini terkait dengan kata kerja, dimana konjugasi kata kerja untuk subyek “het” sama seperti konjugasi pada subyek hij, zij”.
Subyek pronomina selanjutnya akan disingkat dengan SF untuk Strong Form dan WF untuk Weak Form demi efisiensi penulisan.

Kata ganti persona dalam bahasa Belanda (Toorn, 1992:38; Renier, 1991:45; Vries, 1973: 27).
Subyek Pronomina Arti
SF WF
Ik ‘k ‘Saya’
Jij je ‘Kamu’
Hij ie ‘Dia (laki-laki)’
Zij ze ‘Dia (Perempan)’
het ‘t ‘Dia (Benda)’
Wij we ‘Kami’
Jullie ‘Kalian’
Zij ze ‘Mereka’
U Sg. and Pl*. ‘Anda’

Berikut bentuk konjugasi verba “gaan” yang disesuaikan dengan pronomina (pembacaan tabel vertikal) dan dengan penanda kala (pembacaan tabel horisontal).
Contoh konjugasi verba: “gaan” ‘pergi’
Subyek Kala Sekarang Kala Lampau Kala Lampau Imperfektif Kala Lampau Perfektif
SF WF
Ik ‘k ga ging ben gegaan was gegaan
Jij je gaat ging bent gegaan was gegaan
Hij ie gaat ging is gegaan was gegaan
Zij ze gaat ging is gegaan was gegaan
het ‘t gaat ging is gegaan was gegaan
Wij we gaan gingen zijn gegaan waren gegaan
Jullie gaan gingen zijn gegaan waren gegaan
Zij ze gaan gingen zijn gegaan waren gegaan
U Sg. and Pl*. gaat ging bent gegaan waren gegaan

Pada contoh berikut beberapa subyek pada bentuk lampau, kala lampau imperfektif, dan lampau perfektif tidak dibuat dalam kalimat dikarenakan bentuk infleksinya sama. Misalnya subyek Hij, Zij, het; Wij, Zij, Jullie; yang hanya dibuat salah satu subyek saja dalam aplikasi kalimat namun bisa mewakili bentuk infleksi masing masing.
Pada arti kalimat dalam bahasa Indonesia tidak lagi diuraikan satu per satu, karena peneliti hanya ingin menunjukkan bentuk infleksi yang terjadi jika dikaitkan dengan kala. Namun, sebelum dibuatkan dalam contoh kalimat, peneliti terlebih dahulu menguraikan tipe kala (oleh peneliti sengaja dicetak tebal sebagai pembeda kala) pada masing-masing contoh kalimat.
Berikut peneliti akan memberikan uraian singkat tentang pengertian dari kala. Kala sekarang mengacu pada aktivitas yang berlangsung saat ini yang dilakukan oleh subyek. Kala lampau merujuk pada aktivitas yang dilakukan oleh subyek pada masa lampau atau sudah selesai. Kala lampau imperfektif mengacu pada aktivitas yang dilakukan oleh subyek pada masa lampau dan masih ada hubungan waktu dengan sekarang atau dengan kata lain, aktivitas itu belum sepenuhnya selesai dilakukan. Sedangkan kala lampau imperfektif merujuk pada aktivitas yang dilakukan oleh subyek pada masa lampau dan sepenuhnya selesai.



Contoh dalam kalimat (kala sekarang):
Ik ga naar huis. ‘Saya pergi ke rumah’ (sekarang)
Jij gaat naar huis. ‘Kamu pergi ke rumah’ (sekarang)
Hij gaat naar huis. ‘Dia (laki-laki) pergi ke rumah’ (sekarang)
Zij gaat naar huis. ‘Dia (perempuan) pergi ke rumah’ (sekarang)
Wij gaan naar huis. ‘Kami pergi ke rumah’ (sekarang)
Jullie gaan naar huis. ‘Kami pergi ke rumah’ (sekarang)
Zij gaan naar huis. ‘Mereka pergi ke rumah’ (sekarang)

Contoh dalam kalimat (kala lampau):
Ik ging naar huis. ‘Saya pergi ke rumah’ (lampau)
Jij ging naar huis. ‘Kamu pergi ke rumah’ (lampau)
Zij ging naar huis. ‘Dia (perempuan) pergi ke rumah’ (lampau)
Zij gingen naar huis. ‘Mereka pergi ke rumah’ (lampau)

Contoh dalam kalimat (kala lampau imperfektif):
Ik ben gegaan naar huis. ‘Saya telah pergi ke rumah’ (imperfektif)
Jij bent gegaan naar huis. ‘Kamu telah pergi ke rumah’ (imperfektif)
Hij is gegaan naar huis. ‘Dia (laki-laki) telah pergi ke rumah’ (imperfektif)
Wij zijn gegaan naar huis. ‘Kami telah pergi ke rumah’ (imperfektif) 
Contoh dalam kalimat (kala lampau perfektif):
Ik was gegaan naar huis. ‘Saya telah pergi ke rumah’ (perfektif)
Jij was gegaan naar huis. ‘Kamu telah pergi ke rumah’ (perfektif)
Hij was gegaan naar huis. ‘Dia (laki-laki) telah pergi ke rumah’ (perfektif)
Wij waren gegaan naar huis. ‘Kami telah pergi ke rumah’ (perfektif)

Contoh konjugasi verba: “hebben” ‘mempunyai’
Subyek Kala Sekarang Kala Lampau Kala Lampau Imperfektif Kala Lampau Perfektif
SF WF
Ik ‘k heb had heb gehad had gehad
Jij je hebt had hebt gehad had gehad
Hij ie heeft had heeft gehad had gehad
Zij ze heeft had heeft gehad had gehad
het ‘t heeft had heeft gehad had gehad
Wij we hebben hadden hebben gehad hadden gehad
Jullie hebben hadden hebben gehad hadden gehad
Zij ze hebben hadden hebben gehad hadden gehad
U (Sg.) heeft had heeft gehad had gehad
U (Pl.) hebt had hebt gehad had gehad



Contoh dalam kalimat (kala sekarang):
Ik heb een auto. ‘Saya mempunyai satu mobil’.
Jij hebt een auto. ‘Kamu mempunyai satu mobil’.
Hij heeft een auto. ‘Dia (laki-laki) mempunyai satu mobil’.
Wij hebben een auto. ‘Kami mempunyai satu mobil’.

Contoh dalam kalimat (kala lampau):
Ik had een auto. ‘Saya mempunyai satu mobil’. (lampau)
Jij had een auto. ‘Kamu mempunyai satu mobil’. (lampau)
Hij had een auto. ‘Dia (laki-laki) mempunyai satu mobil’. (lampau)
Wij hadden een auto. ‘Kami mempunyai satu mobil’. (lampau)

Contoh dalam kalimat (kala lampau imperfektif):
Ik heb gehad een auto. ‘Saya telah mempunyai satu mobil’. (imperfektif)
Jij hebt gehad een auto. ‘Anda telah mempunyai satu mobil’. (imperfektif)
Hij heeft gehad een auto. ‘Dia (laki-laki) telah mempunyai satu mobil’. (imperfektif)
Wij hebben gehad een auto. ‘Kami telah mempunyai satu mobil’. (imperfektif)

Contoh dalam kalimat (kala lampau perfektif):
Hij had gehad een auto. ‘Dia (laki-laki) mempunyai satu mobil’. (perfektif)
Wij hadden gehad een auto. ‘Kami mempunyai satu mobil’. (perfektif)

Contoh konjugasi verba: “maken” ‘membuat’

Subyek
Kala Sekarang Kala Lampau Kala Lampau Imperfektif Kala Lampau Perfektif
SF WF
Ik ‘k maak maakte heb gemaakt had gemaakt
Jij je maakt maakte hebt gemaakt had gemaakt
Hij ie maakt maakte heeft gemaakt had gemaakt
Zij ze maakt maakte heeft gemaakt had gemaakt
het ‘t maakt maakte heeft gemaakt had gemaakt
Wij we maken maakten hebben gemaakt hadden gemaakt
Jullie maken maakten hebben gemaakt hadden gemaakt
Zij ze maken maakten hebben gemaakt hadden gemaakt
U (Sg.) maakt maakte heeft gemaakt had gemaakt
U (Pl.) maakt maakte hebt gemaakt had gemaakt

Contoh dalam kalimat (kala sekarang):
Ik maak een kopje koffie. ‘Saya membuat secangkir kopi’.
Jij maakt een kopje koffie. ‘Anda membuat secangkir kopi’.
Zij maakt een kopje koffie. ‘Dia (perempuan) membuat secangkir kopi’.
Zij maaken een kopje koffie. ‘Mereka membuat secangkir kopi’.

Contoh dalam kalimat (kala lampau):
Ik maakte een kopje koffie. ‘Saya membuat secangkir kopi’. (lampau)
Jij maakte een kopje koffie. ‘Anda membuat secangkir kopi’. (lampau)
Hij maakte een kopje koffie. ‘Dia (laki-laki) membuat secangkir kopi’. (lampau)
Zij maakten een kopje koffie. ‘Mereka membuat secangkir kopi’. (lampau)

Contoh dalam kalimat (kala lampau imperfektif):
Ik heb gemaakt een kopje koffie. ‘Saya telah membuat secangkir kopi’.
(imperfektif)
Jij hebt gemaakt een kopje koffie. ‘Anda telah membuat secangkir kopi’.
(imperfektif)
Zij heeft gemaakt een kopje koffie. ‘Dia (perempuan) telah membuat secangkir
kopi’. (imperfektif)
Zij hebben gemaakt een kopje koffie. ‘Mereka telah membuat secangkir kopi’.
(imperfektif)
Contoh dalam kalimat (kala lampau perfektif):
Ik had gemaakt een kopje koffie. ‘Saya telah membuat secangkir kopi’. (perfektif)
Jij had gemaakt een kopje koffie. ‘Anda telah membuat secangkir kopi’. (perfektif)
Zij had gemaakt een kopje koffie. ‘Dia (perempuan) telah membuat secangkir
kopi’. (perfektif)
Zij hadden gemaakt een kopje koffie. ‘Mereka telah membuat secangkir kopi’.
(perfektif)

Contoh konjugasi verba “sprachen” ‘berbicara’:
Subyek Kala Sekarang Kala Lampau Kala Lampau Imperfektif Kala Lampau Perfektif
SF WF
Ik ‘k sprach sprachte heb gespracht had gespracht
Jij je spracht sprachte hebt gespracht had gespracht
Hij ie spracht sprachte heeft gespracht had gespracht
Zij ze spracht sprachte heeft gespracht had gespracht
het ‘t spracht sprachte heeft gespracht had gespracht
Wij we sprachen sprachten hebben gespracht hadden gespracht
Jullie sprachen sprachten hebben gespracht hadden gespracht
Zij ze sprachen sprachten hebben gespracht hadden gespracht
U Sg. and Pl. spracht sprachte hebt gespracht had gespracht

Contoh dalam kalimat (kala sekarang):
Ik sprach Nederlands. ‘Saya berbicara bahasa Belanda’
Jij spracht Nederlands. ‘Anda berbicara bahasa Belanda’
Zij sprachen Nederlands. ‘Mereka berbicara bahasa Belanda’

Contoh dalam kalimat (kala lampau):
Ik sprachte Nederlands. ‘Saya berbicara bahasa Belanda’ (lampau)
Hij sprachte Nederlands. ‘Dia (laki-laki) berbicara bahasa Belanda’ (lampau)
Zij sprachten Nederlands. ‘Mereka berbicara bahasa Belanda’ (lampau)

Contoh dalam kalimat (kala lampau imperfektif):
Ik heb gespracht Nederlands. ‘Saya telah berbicara bahasa Belanda’ (imperfektif)
Jij hebt gespracht Nederlands. ‘Anda telah berbicara bahasa Belanda’ (imperfektif)
Hij heeft gespracht Nederlands. ‘Dia (laki-laki) telah berbicara bahasa Belanda’
(imperfektif)
Jullie hebben gespracht Nederlands. ‘Kalian telah berbicara bahasa Belanda’
(imperfektif)
Contoh dalam kalimat (kala lampau perfektif):
Ik had gespracht Nederlands. ‘Saya telah berbicara bahasa Belanda’ (perfektif)
Wij hadden gespracht Nederlands. ‘Kami telah berbicara bahasa Belanda’ (perfektif)

6.1 Analisis Data Infleksi Verba “gaan”

6.1.1 Analisis Data Infleksi Kala Sekarang “gaan”
Subyek Pronomina Verba
Kala Sekarang Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k ga [stem]
Jij je gaat [stem]*+t
Hij ie gaat [stem]+t
Zij ze gaat [stem]+t
het ‘t gaat [stem]+t
Wij we gaan [infinitif]
Jullie gaan [infinitif]
Zij ze gaan [infinitif]
U Sg. and Pl. gaat [stem]+t

* Stem verba yang berakhir dengan vokal panjang (suku kata terbuka) mengalami infleksi dengan terlebih dahulu menggandakan vokalnya.

6.1.2 Analisis Data Infleksi Lampau “gaan”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k ging [stem]
Jij je ging [stem]
Hij ie ging [stem]
Zij ze ging [stem]
het ‘t ging [stem]
Wij we gingen [infinitif]
Jullie gingen [infinitif]
Zij ze gingen [infinitif]
U Sg. and Pl. ging [stem]

Dari uraian di atas, hanya ada dua bentukan infleksi verba “gaan” pada bentuk lampau, yaitu bentuk stem lampau ging dan infinitif lampau gingen.


6.1.3 Analisis Data Infleksi Kala Lampau Imperfektif “gaan”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Imperfektif Bentuk Infleksi*
SF WF
Ik ‘k ben gegaan ben ge+[stem]
Jij je bent gegaan bent ge+[stem]
Hij ie is gegaan is ge+[stem]
Zij ze is gegaan is ge+[stem]
het ‘t is gegaan is ge+[stem]
Wij we zijn gegaan zijn ge+[stem]
Jullie zijn gegaan zijn ge+[stem]
Zij ze zijn gegaan zijn ge+[stem]
U Sg. and Pl. bent gegaan bent ge+[stem]

Bentuk infleksi menggunakan verba kala sekarang “zijn” (kata kerja bantu) dan mengikuti kaidah konjugasi “zijn” lalu diikuti konjugasi bentuk infleksi verba kala lampau imperfektif yang ditandai dengan awalan ge- lalu diikuti bentuk infinitif kala sekarang “gaan”.

6.1.4 Analisis Data Infleksi Kala Lampau Perfektif “gaan”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Perfektif Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k was gegaan was ge+[stem]
Jij je was gegaan was ge+[stem]
Hij ie was gegaan was ge+[stem]
Zij ze was gegaan was ge+[stem]
het ‘t was gegaan was ge+[stem]
Wij we waren gegaan waren ge+[stem]
Jullie waren gegaan waren ge+[stem]
Zij ze waren gegaan waren ge+[stem]
U Sg. and Pl. was gegaan was ge+[stem]

Bentuk infleksi menggunakan verba lampau “zijn” (kata kerja bantu), yaitu “was” dan mengikuti kaidah konjugasi “was” lalu diikuti konjugasi verba kala lampau perfektif “gegaan”.

6.2 Analisis Data Infleksi “hebben”

6.2.1 Analisis Data Infleksi Kala Sekarang “hebben”

Subyek Pronomina Verba
Kala Sekarang Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k heb [stem]
Jij je hebt [stem]+t
Hij ie heeft [stem]+ø+t
Zij ze heeft [stem]+ø+t
het ‘t heeft [stem]+ø+t
Wij we hebben [infinitive]
Jullie hebben [infinitive]
Zij ze hebben [infinitive]
U Sg. and Pl. heeft [stem]+ø+t

Dari uraian di atas, ada tiga bentukan infleksi verba “hebben” pada bentuk sekarang, yaitu bentuk stem, stem+t, dan stem+ ø+t.

6.2.2 Analisis Data Infleksi Kala Lampau “hebben”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k had [stem]
Jij je had [stem]
Hij ie had [stem]
Zij ze had [stem]
het ‘t had [stem]
Wij we hadden [stem]+*den
Jullie hadden [stem]+den
Zij ze hadden [stem]+den
U Sg. and Pl. had [stem]

Untuk stem verba lampau yang merupakan suku kata tertutup dan berakhir dengan bunyi [d], maka pada subyek Wij, Jullie, dan Zij (jamak) konsonannya digandakan, lalu diikuti bentuk infleksinya.

6.2.3 Analisis Data Infleksi Kala Sekarang Perfektif “hebben”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Perfektif Bentuk Infleksi*
SF WF
Ik ‘k heb gehad [stem] +gehad
Jij je hebt gehad [stem]+t +gehad
Hij ie heeft gehad [stem]+ø+t +gehad
Zij ze heeft gehad [stem]+ø+t +gehad
het ‘t heeft gehad [stem]+ø+t +gehad
Wij we hebben gehad [infinitive] +gehad
Jullie hebben gehad [infinitive] +gehad
Zij ze hebben gehad [infinitive] +gehad
U Sg. and Pl. heeft gehad [stem]+ø+t +gehad

Bentuk infleksi menggunakan verba kala sekarang “hebben” (kata kerja bantu) dan mengikuti kaidah konjugasi “hebben” lalu diikuti konjugasi bentuk infleksi verba kala lampau perfektif. Perfektif ditandai dengan pembubuhan awalan ge- diikuti “had” sebagai stem bentuk lampau dari “hebben” sebagai bentuk kala sekarang.

6.2.4 Analisis Data Infleksi Lampau Perfektif “hebben”

Subyek Pronomina Verba Lampau Perfektif Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k had gehad [stem] +gehad
Jij je had gehad [stem] +gehad
Hij ie had gehad [stem] +gehad
Zij ze had gehad [stem] +gehad
het ‘t had gehad [stem] +gehad
Wij we hadden gehad [stem] +den+gehad
Jullie hadden gehad [stem] +den+gehad
Zij ze hadden gehad [stem]+den +gehad
U Sg. and Pl. had gehad [stem] +gehad

Bentuk infleksi menggunakan verba kala sekarang “hebben” (sebagai kata kerja bantu) dan mengikuti kaidah konjugasi “had” sebagai penanda lampau lalu diikuti konjugasi bentuk infleksi verba lampau perfektif. Perfektif ditandai dengan pembubuhan awalan ge- diikuti “had”.

6.3 Analisis Data Infleksi “maken”
6.3.1 Analisis Data Infleksi Kala Sekarang “maken”

Subyek Pronomina Verba Kala Sekarang Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k maak [stem]
Jij je maakt [stem]+t
Hij ie maakt [stem]+t
Zij ze maakt [stem]+t
het ‘t maakt [stem]+t
Wij we maken infinitif
Jullie maken infinitif
Zij ze maken infinitif
U Sg. and Pl. maakt [stem]+t

Dari uraian di atas, verba “maken” mengalami tiga bentuk infleksi, yaitu stem, stem + /t/, dan infinitif.

6.3.2 Analisis Data Infleksi Kala Lampau “maken”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k maakte [stem]+te
Jij je maakte [stem]+te
Hij ie maakte [stem]+te
Zij ze maakte [stem]+te
het ‘t maakte [stem]+te
Wij we maakten [stem]+ten
Jullie maakten [stem]+ten
Zij ze maakten [stem]+ten
U Sg. and Pl. maakte [stem]+te

Dari uraian diatas, ada dua bentuk infleksi verba lampau “maakte” untuk subyek tunggal dan “maakten” untuk subyek jamak.

6.3.3 Analisis Data Infleksi Kala Lampau Perfektif “maken”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Perfektif Bentuk Infleksi*
SF WF
Ik ‘k heb gemaakt [stem] +gemaakt
Jij je hebt gemaakt [stem]+t + gemaakt
Hij ie heeft gemaakt [stem]+ø+t + gemaakt
Zij ze heeft gemaakt [stem]+ø+t + gemaakt
het ‘t heeft gemaakt [stem]+ø+t + gemaakt
Wij we hebben gemaakt [infinitive] + gemaakt
Jullie hebben gemaakt [infinitive] + gemaakt
Zij ze hebben gemaakt [infinitive] + gemaakt
U Sg. and Pl. heeft gemaakt [stem]+ø+t + gemaakt

Bentuk infleksi menggunakan verba kala sekarang “hebben” (kata kerja bantu) dan mengikuti kaidah konjugasi “hebben” lalu diikuti konjugasi bentuk infleksi verba kala lampau perfektif “gemaakt”.

6.3.4 Analisis Data Infleksi Kala Lampau Perfektif “maken”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Perfektif Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k had gemaakt [stem] +gemaakt
Jij je had gemaakt [stem] +gemaakt
Hij ie had gemaakt [stem] +gemaakt
Zij ze had gemaakt [stem] +gemaakt
het ‘t had gemaakt [stem] +gemaakt
Wij we hadden gemaakt [stem]+den +gemaakt
Jullie hadden gemaakt [stem]+den +gemaakt
Zij ze hadden gemaakt [stem] +den+gemaakt
U Sg. and Pl. had gemaakt [stem] +gemaakt

Bentuk infleksi menggunakan verba lampau “had” (kata kerja bantu) dan mengikuti kaidah konjugasinya lalu diikuti konjugasi bentuk verba lampau perfektif “gemaakt”. Jadi hanya kata kerja bentuk lampaunya yang mengalami infleksi “had” untuk subyek selain jamak dan “hadden” untuk subyek jamak .


6.4 Analisis Data Infleksi “sprachen”

6.4.1 Analisis Data Infleksi Kala Sekarang “sprachen”
Subyek Pronomina Verba Kala Sekarang Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k sprach [stem]
Jij je spracht [stem]+t
Hij ie spracht [stem]+t
Zij ze spracht [stem]+t
het ‘t spracht [stem]+t
Wij we sprachen [infinitif]
Jullie sprachen [infinitif]
Zij ze sprachen [infinitif]
U Sg. and Pl. spracht [stem]+t


Untuk verba “sprachen” mengalami tiga bentukan infleksi yaitu stem, stem + /t/, dan bentuk infinitif.

6.4.2 Analisis Data Infleksi Kala Lampau “sprachen”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k sprachte [stem]+te
Jij je sprachte [stem]+te
Hij ie sprachte [stem]+te
Zij ze sprachte [stem]+te
het ‘t sprachte [stem]+te
Wij we sprachten [stem]+ten
Jullie sprachten [stem]+ten
Zij ze sprachten [stem]+ten
U Sg. and Pl. sprachte [stem]+t

Terdapat dua bentuk infleksi “sprachte” untuk subyek tunggal dan “sprachten” untuk subyek jamak dari uraian di atas.

6.4.3 Analisis Data Infleksi Kala Lampau Perfektif “sprachen”

Subyek Pronomina Verba Kala Lampau Perfektif Bentuk Infleksi*
SF WF
Ik ‘k heb gespracht [stem] + gespracht
Jij je hebt gespracht [stem]+t + gespracht
Hij ie heeft gespracht [stem]+ø+t + gespracht
Zij ze heeft gespracht [stem]+ø+t + gespracht
het ‘t heeft gespracht [stem]+ø+t + gespracht
Wij we hebben gespracht [infinitive] + gespracht
Jullie hebben gespracht [infinitive] + gespracht
Zij ze hebben gespracht [infinitive] + gespracht
U Sg. and Pl. hebt gespracht [stem]+ø+t + gespracht

Bentuk infleksi menggunakan verba kala sekarang “hebben” (kata kerja bantu) dan mengikuti kaidah konjugasinya disesuaikan dengan subyek lalu diikuti bentuk verba kala lampau perfektif “gespracht”.

6.4.4 Analisis Data Infleksi Kala Lampau Perfektif “sprachen”

Subyek Pronomina Verba Lampau Perfektif Bentuk Infleksi
SF WF
Ik ‘k had gespracht [stem] + gespracht
Jij je had gespracht [stem] + gespracht
Hij ie had gespracht [stem] + gespracht
Zij ze had gespracht [stem] + gespracht
het ‘t had gespracht [stem] + gespracht
Wij we hadden gespracht [stem]+den + gespracht
Jullie hadden gespracht [stem]+den + gespracht
Zij ze hadden gespracht [stem] +den+ gespracht
U Sg. and Pl. had gespracht [stem] + gespracht

Bentuk infleksi verba lampau “had” (kata kerja bantu) untuk subyek tunggal dan “hadden” untuk subyek jamak lalu diikuti bentuk verba kala lampau perfektif “gespracht”.

KESIMPULAN


Proses morfemis terjadi dalam Bahasa Belanda, khususnya infleksi verba. Produktifitas pembentukan infleksi terlihat jelas dan memiliki pola-pola terstruktur.
Setelah dilakukan penelitian berskala kecil ini, didapati bahwa produktifitas dalam hal infleksi verba bahasa Belanda mengalami perubahan tertentu. Fokus penelitian adalah tentang infleksi verba Bahasa Belanda yang mencakup empat kata kerja “gaan” (‘pergi’), “hebben” (‘mempunyai)’, “maken” (‘membuat), dan “sprachen” (‘berbicara’).
Dari uraian pada bagian terdahulu dalam penelitian ini, bentuk infleksi verba Bahasa Belanda dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses morfologis terkait infleksi tidak merubah kelas kata.
2. Kata kerja “gaan”, “hebben”, “maken”, dan “sprachen” pada bentuk kala sekarang mengalami infleksi mengikuti subyek; dan secara berurutan memiliki bentuk lampau “ging”, “had”, “maakte”, dan “sprachte”
3. Pada bentuk perfektif, verba infinitif “gaan” baik kala sekarang maupun kala lampau, ada proses perfektum “gegaan” yang berlaku untuk semua subyek baik tunggal maupun jamak setelah terlebih dahulu mengalami infleksi. Tetapi infleksinya bukan pada bentuk perfektum, melainkan sebelum perfektum “gegaan”, ada infleksi verba “zijn” dengan konjugasi yang disesuaikan dengan subyek dan bentuk kala sekarang atau kala lampau.
4. Pada bentuk perfektum, verba infinitif “hebben” baik kala sekarang maupun kala lampau, ada proses perfektif “gehad” dan berlaku sama untuk semua subyek baik tunggal maupun jamak setelah terlebih dahulu mengalami infleksi. Tetapi infleksinya bukan pada bentuk perfektum, melainkan sebelum perfektum “gehad” dimana terdapat infleksi verba “hebben” dengan konjugasi sesuai subyek dan kala sekarang atau kala lampau.
5. Pada bentuk perfektum, verba infinitif “maken” baik kala sekarang maupun kala lampau, ada proses perfektif “gemaakt” yang berlaku sama untuk semua subyek, baik tunggal maupun jamak setelah terlebih dahulu mengalami infleksi. Tetapi infleksinya bukan pada bentuk perfektum, melainkan sebelum perfektum “gemaakt” dimana terdapat infleksi verba “hebben” dengan konjugasi disesuaikan dengan subyek dan kala sekarang atau kala lampau.
6. Pada bentuk perfektum, verba infinitif “sprachen” baik kala sekarang maupun kala lampau, ada proses perfektif “gespracht” yang berlaku sama untuk semua subyek baik tunggal maupun jamak dengan terlebih dahulu mengalami infleksi. Tetapi infleksinya bukan pada bentuk perfektum, melainkan sebelum perfektum “gespracht” dimana terdapat infleksi verba “hebben” dengan konjugasi sesuai subyek dan kala sekarang atau kala lampau.

Dari simpulan diatas, dapat dipahami bahwa infleksi verba Bahasa Belanda sangat produktif terutama pada verba “zijn” dan “hebben” dalam proses pembentukan perfektif. Pada perfektum, pemahaman pola infleksi dua verba tersebut mutlak dipahami.
Banyak hal yang perlu diketahui mengenai unsur bahasa. Apa yang diteliti disini hanyalah sebagian kecil dari tataran morfologi dan terbatas pada verba “gaan” (‘pergi’), “hebben” (‘mempunyai)’, “maken” (‘membuat), dan “sprachen” (‘berbicara’). Penelitian lanjutan dirasakan perlu, baik berskala kecil maupun besar pada tataran sama atau berbeda.



DAFTAR PUSTAKA


Hasan, Alwi., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.

Katamba, Francis. 1994. Modern Linguistics: Morphology. London: The Macmillan Press Ltd.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik (edisi keempat). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Renier, Fernand G. 1991. Colloquial Dutch. Routledge & Kegan Paul plc: London.

Toorn, N. van den. – Danner. 1992. Belajar Bahasa Belanda: Kursus Dasar. PT. Intermasa: Jakarta.

Vries, J.W. De. dan Legiman. 1973. Pelajaran Bahasa Belanda. Cetakan ke-3. Uitgeverij W. Van Hoeve B.V.: Den Haag.

Wely, van Prick. dan Haering. 1964. Engels: Kramer’s Woordenboek. Zevenentwintigste Druk. Den Haag.

MAKNA DALAM SEMANTIK DAN SEMIOTIK

MAKNA DALAM SEMANTIK DAN SEMIOTIK, Juniato Sidauruk, NPM 0906655282, S2 Ilmu Linguistik, Univ. Indonesia

Pemaparan atas makna dalam Semantik dan Semiotik baiknya diurai secara berurut mulai dari definisi Semantik, Semiotik, dan makna; tentu saja harus diperikan pula bagaimana makna dalam ranah Semantik dan Semiotik serta komponen yang membangun unsur-unsur makna dimaksud. Pemerian ini akan terlebih dahulu mengacu pada teori terkait lalu akan dihadirkan ilustrasi atau pemahaman dalam hal aplikasi praktis.
Semantik adalah bidang linguistik yang mempelajari makna tanda bahasa, yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya (Darmojuwono, 2005:114). Karena mempelajari makna, mutlak dituntut pemahaman atas pemerolehan bahasa (maksudnya bagaimana pengguna bahasa memperoleh suatu pemaknaan baik sebagai penutur, penulis, pendengar maupun pembaca) dan atas perubahan bahasa (bagaimana makna itu mengalami perubahan/pergeseran makna seiring waktu).
Saeed (1998:3) mengemukakan bahwa semantics is the study of meaning communicated through language. Juga diamini oleh Lyons (1977: 1) bahwa secara umum Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna. Zaimar (2009: 156-158) mengutarakan ada makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif ini merupakan makna yang masuk dalam mekanisme referensial, yang memberikan informasi yang disalurkan oleh satuan kebahasaan (penanda / signifiant) yang dapat mempunyai hubungan dengan obyek di luar bahasa. Dengan kata lain, tanda itu mengacu, menunjuk pada suatu realita non linguistic (bukan kebahasaan). Makna konotatif adalah nilai Semantik yang muncul tanpa disalurkan oleh suatu penanda yang termasuk dalam dua kategori yang biasanya berfungsi menyalurkan makna, yaitu penanda leksikal dan struktur gramatikal.
Dari perbedaan diatas sampailah pada pemahaman bahwa apabila denotasi mengacu pada realita tertentu di luar bahasa, maka konotasi menampilkan kesan penerima pesan. Agar lebih jelas harus diingat bahwa konotasi disini tidak hanya mengemukakan ciri individual, melainkan juga berkaitan dengan ciri sosial, budaya, sejarah, dan lain-lain. Walau begitu, makna konotasi dibatasi oleh makna yang ada di bagian makna teks lain.
Jadi perlu ada konsepsi bahasa dalam konteks sosial karena nampaknya ini dapat mempengaruhi makna dan juga memahami pengaruh gaya bahasa. Kajian Semantik mencakup kajian tentang bagaimana makna itu dibangun, diinterpretasikan, dijelaskan, diuraikan, dinegosiasikan, dikontradiksikan serta diparafrasekan.
Cruse (2000: 6) menyatakan bahwa dalam komunikasi terdapat tiga aspek makna, yaitu speaker’s meaning; hearer’s meaning; dan sign meaning. Untuk itu perlu diketahui tentang beberapa konsepsi makna. Berbicara tentang konsepsi makna harus dimulai dari Plato (427-347 BC) Cratylus dengan konsep “words → things”. Words “nama” atau “mengacu” pada “things”. Konsepsi lain diutarakan oleh C.K. Ogden and I.A. Richards (1923) sebagai Words → concepts → things. Tersirat akan ketiadaan hubungan langsung antara simbol dan referen, tetapi ada koneksi tidak langsung dalam pikiran kita.
Dalam Semantik, yang menjadi kajian bukanlah makna individual, tetapi makna yang diterima secara umum (Renkema, 2004: 35-37). Makna tanda bahasa yaitu kaitan antara konsep dan tanda bahasa yang melambangkannya.
Pendapat ini diawali dengan ide dari Saussure kalau ilmu yang mempelajari makna (Semantik) adalah bagian dari ilmu yang mempelajari tanda, yang disebut Semiotik (Saeed, 1998: 5) (atau tepatnya Semiologi berasal dari bahasa Yunani Semeion). Saussure (1988) juga menyatakan kalau tanda tidak memiliki acuan ke realitas objektif. Dan inilah menjadi ciri strukturalis dengan pemahaman abstraksinya.
Charles Morris dalam Renkema (2004: 36) berpendapat bahwa Semantics is the relations of signs to the objects to which the signs are applicable. Sedangkan tentang Semiotik dibedakan atas tiga bidang Semiotik yaitu Sintaksis mengenai hubungan antara tanda dengan sistem tanda di dalamnya; Semantik, hubungan antara tanda dan obyek yang diacu; dan Pragmatik, yaitu hubungan tanda dan orang yang menggunakan tanda tersebut.
Lebih tepat kiranya jika dalam memahami tanda (kajian dari Semiotik) dengan mengetengahkan ide Karl Buhler dengan “Tanda bahasa – Konsep – Acuan”; Peirce (1923) dengan Trikotomi-nya “Representamen – Obyek – Interpretant”; Gumperz (1982: 24) dengan Interpretive Frame (Shared-context – Supra-structure – the Universe of discourse). Model Organon Bühler melihat tanda dan pemaknaan tanda tersebut dengan melibatkan pembicara (A) dan pendengar (B) seperti gambar berikut.

Semiotika menghubungkan makna terhadap tanda; makna sebagai ide utama dalam mendefinisikan dan menganalisis tanda. Semua hal terkait makna dapat dianalisis secara Semiotik, kalau pun beberapa pakar berbicara tentang makna non-Semiotik (Nöth, 1990).
Semiotika mencakup analisis tanda dan studi tentang sistem tanda (Nöth, 1990). Yang dimaksudkan dengan “tanda“ adalah sesuatu yang ada untuk sesuatu yang lain (Peirce, 1931), sehingga Semiotik dapat juga dipahami sebagai studi bagaimana pemaknaan “meaning-making” itu atau semiosis.
Menurut Sebeok (1994) definisi symptom “gejala” dalam ranah linguistik, Semeion, telah memiliki definisi implisit dari “tanda” yang mengacu pada sesuatu yang lain dari tanda itu sendiri. Dalam peristilahan lebih umum, suatu budaya merupakan sistem kehidupan sehari-hari yang diikat oleh petanda termasuk tanda, kode, teks, dan bentuk-bentuk konektif (penghubung). Semiotik bukan hanya sebuah teori tetapi sebagai praktek umum dan tak bisa dihindari dan merupakan kajian antropologi budaya. Semiotik itu bisa diaplikasi menurut faham positivis dan strukturalis ketika fokusnya pada kajian formal, eksplisit, statis, dan struktur nyata dari bahasa dan sistem tanda lainnya. Sebaliknya, Semiotik mungkin pula pendekatan berorientasi sosial dan interpretatif ketika berfokus pada hakikat dinamis dan transformatif atas sistem tanda yang sama mengikuti faham post-strukturalis dan epistemik post-modernis.
Semiotik, sebagai sebuah disiplin ilmu, menganalisis tanda-tanda dan mempelajari sistem tanda tersebut. Mengacu pada konsep segitiga Ogden dan Richards (1952: 11) menampilkan hubungan antara tiga elemen makna, yakni dengan menghubungkan symbol, referent dan thought atau reference dalam bentuk diagram segitiga makna. Reference (konsep/makna) sebuah kata dibedakan ke dalam dua jenis makna, yakni makna referensial dan makna emotif. Sebuah kata, frasa, serta kalimat pada dasarnya berpotensi menampilkan makna referensial maupun kontekstual (Rahyono, 2005: 46-56).
Cruse (1991:1) dalam pembahasan tentang pendekatan kontekstual Semantik leksikal menyatakan bahwa: “…the semantic properties of a lexical item fully reflected in appropriate aspects of the relations it contrast with actual and potential contexts. In theory, the relevant contexts could include extra-linguistics situational contexts.” Renkema (2004) menyebutnya sebagai unsur inter-tekstualitas atau oleh Rahyono (2005) menyebutnya konsep lingual dan konsep non-lingual.
Jika makna referensial dan kontekstual kata yang hadir dalam konteks yang bersangkutan itu sama, maka makna kata (“tanda”) itu bersifat Semantik, sebaliknya jika maknanya berbeda, maka makna “tanda” itu bersifat pragmatis.
Lyons (1977: 50-6) menguraikan tiga jenis makna: deskriptif, sosial, dan ekspresif. Makna deskriptif berhubungan dengan makna gramatikal; makna sosial dan ekspresif merupakan dua sub-tipe dari makna pragmatik. Makna sosial berupaya untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan sosial. (Lyons, 1977: 51) berpendapat bahwa makna ekspresif sifatnya lebih individual dan mengacu pada makna tertentu yang digunakan oleh pengguna bahasa saat berujar. Makna deskriptif seperti ditegaskan Lyons “telah menjadi fokus perhatian dalam Semantik filosofis”.
Pakar Semiotik menginvestigasi bentuk-bentuk hubungan yang ada antara sebuah tanda dan obyek yang mengacunya, atau dalam peristilahan Saussure, antara penanda dan petanda. Satu hal yang berbeda dipaparkan oleh C.S. Peirce yang membedakannya atas ikon, indeks dan simbol. Ketika ada kemiripan antara tanda dan yang diacunya, maka disebut ikon misalnya foto dan obyek nyatanya atau diagram sebuah mesin dan mesin yang sebenarnya. Tatkala tanda sangat terkait dengan yang ditandanya, seringkali dalam hubungan kausal, maka disebut indeks. Misalnya asap pertanda ada api. Disaat ada suatu hubungan konvensional antara tanda dan yang ditandainya, disebut simbol, seperti jika ada suatu kemalangan sering dilambangkan dengan kain serba hitam tapi sebagian juga mengenakan kain putih. Ini tentu tergantung budaya.
Saussure dengan jelas membedakan Semiotik dari studi bahasa diakronik dan sinkronik. Dalam upaya membuat studi sinkronis lebih persuasif, dia menggambarkan pembedaan yang lain kemudian membagi bahasa ke dalam tiga level yaitu langage, yang dimaksudkan adalah kapasitas manusia untuk membangkitkan system komunikasi terstruktur. Langue, atas apa yang kita anggap sebagai bahasa, seperti Bahasa Inggris, dan parole, sebagai penggunaan bahasa tertentu oleh seseorang. Langue, masih menurut Saussure, menjadi fokus studi sinkronis yang mengacu pada sistem aturan dan konvensi yang mandiri. Dalam Semiotik kontemporer, pembedaan langue – parole digeneralisasi pada sistem Semiotik dan penggunaannya secara tertentu.
Leech (1981) memaparkan makna linguistik dapat dipilah atas tujuh tipe makna: konseptual, konotatif, kolokatif, sosial, afektif, refleksif dan tematik. Pada lingkup lebih luas disebutnya sebagai makna asosiatif.
Partee (1999) mengemukakan The meaning of an expression is a function of the meanings of its parts and of how they are syntactically combined. Kebanyakan teori Semantik eksplisit terutama bidang Semantik formal menerimanya sebagai prinsip kerja dasar.
Hubungan antara makna dan penggunaan tanda bahasa terletak pada pembedaan antara “sentence meaning” yaitu makna literal sebuah kalimat secara abstrak terpisah dari konteks tertentu; dan “speaker’s meaning”, yaitu interpretasi yang dimaksudkan atas ujaran tertentu pada satu kalimat (Austin, 1962).
Pendekatan strukturalis dalam Semantik selalu dikaitkan dengan asumsi dari Wittgenstein yang menyatakan bahwa meaning is use (makna adalah penggunaannya) yang memungkinkan kriteria objektif untuk memahami domain Semantik dari asumsi koherensi leksikal (Gliozzo, 2005).
Fry (2005) berpendapat bahwa Semantik sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna dalam bahasa meliputi makna kata itu sendiri (Semantik leksikal) dan makna satuan yang lebih besar seperti kalimat. Semantik telah menjadi daya tarik bagi para filsuf dan logician tentu kembali lagi harus mengacu pada Plato dan Aristotle. Sekarang ini, Semantik dipelajari oleh para linguis, ahli psikologi, filsuf, dan yang lainnya dengan teori-teori yang berbeda misalnya linguistik kognitif yang meyakini bahwa makna pangkalnya ada di dalam pikiran dan fisik; Semantik formal (logis) menganggap makna sebagai kondisi kebenaran (truth condition); dan Semiotik yang memandang makna sebagai sistem tanda yang abstrak.
Frege (1848-1925) seorang logisian Jerman dalam Fry (2005) membedakan kata atas reference – tentang apa yang diacu dalam realita atau konten kognitifnya. Reference menghubungkan kata-kata pada realita entitas. Lalu perbedaan kedua adalah sense yang berhubungan dengan kata-kata dengan yang lainnya dalam bahasa. Misalnya sense bahwa Hesperus adalah “bintang malam” dan sense bahwa Phosphorus sebagai “bintang pagi”, walaupun sebenarnya acuannya sama yaitu planet Venus. Jadi sense merupakan apa yang kita tanggap ketika kita memahami sebuah kata.
Frege menambahkan bahwa ada enam aspek dari makna ujaran, yaitu makna gramatikal dimana Semantik berperan seperti agen, pasien, tujuan yaitu tentang siapa melakukan apa terhadap siapa dalam sebuah kalimat; makna prosodik yang fokusnya pada penekanan dan pola intonasi dalam ujaran seperti “Oh, that’s just great!”; makna afektif sebagai konotasi emosional yang melekat pada satu ujaran seperti “hore!”; makna pragmatik tentang bagaimana ujaran berfungsi dalam konteks, misalnya “Can you pass the salt?”; makna sosial yang dapat diwakili oleh dialek dan register misalnya “Good morning, sir.”; dan makna proposisional yang dinyatakan dengan proposisi logika tentang pernyataan benar atau salah misalnya “It’s raining in Depok.”
Sebagai simpulan bahwa Semantik merupakan sub-struktur dari Semiotik. Baik Semantik dan Semiotik keduanya menggali makna, namun cakupan Semiotik lebih luas dari cakupan Semantik. Dalam menggali makna ini tentu tidak bisa lepas dari konteks.

Acuan:
Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. London: Oxford University Press.
Cruse, D.A. 1986. Lexical Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.
Darmojuwono, Setiawati. 2005.
Fry, John. 2005. Semantics : Introduction to Linguistics. Spring 2005, SJSU
Gliozzo. 2005. Semantic Domains in Computational Linguistics. Ph.D. thesis, University of Trento.
Gumperz, John J. 1982. Discourse Strategies. Cambridge: Cambridge University Press.
Leech, G.N. 1981. Semantics. 2nd Ed. Harmonsworth: Penguin.
Lyons, J. 1977. Semantics. 2 Volumes. Cambridge: Cambridge University Press.
Lyons, J. 1981. Language, Meaning and Context. London: Fontana.
Lyons, J. 2000. Linguistic Semantics: An Introduction. Beijing: FLT & P Press
Nöth, Winfried. 1990. Handbook of Semiotics. Bloomington and Indianapolis: Indiana University Press.
Ogden, C.K. dan I.A.Richard. 1952. The Meaning of Meaning. London: Routledge & Kegan Paul ltd.
Partee, Barbara H. 1999. "Semantics" in R.A. Wilson and F.C. Keil, eds., The MIT Encyclopedia of the Cognitive Sciences. Cambridge, MA: The MIT Press. 739-742.
Rahyono, F.X. 2005. Kearifan Dalam Bahasa. Makara, Sosial Humaniora Vol.9 No.2 Desember 2005.
Saeed. J. I. 2000. Semantics. Beijing: FLT & P Press
Saussure, F. de. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Terjemahan: Rahayu S. Hidayat. Seri ILDEP. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sebeok, Thomas A. 1994. An Introduction to Semiotics. London: Pinter.
Zaimar, Okke dan Ayu Basoeki Harahap. 2009. Telaah Wacana. The Intercultural Institute, Jakarta.