Minggu, 18 Juli 2010

Hubungan Sintagmatik - Paradigmatik

Hubungan Sintagmatik - Paradigmatik

Pada uraian ini, saya mencoba menguraikan hubungan sintagmatik – paradigmatik atas Definisi dan Istilah, Contoh, Manfaat Praktis, serta Rujukan Bacaan.
Definisi dan Istilah
Hubungan sintagmatik – paradigmatik, dikemukakan oleh F. de Saussure (1857 – 1913) – Bapak Linguistik Modern -- yang pada awalnya terkait upaya analisis linguistik terhadap tataran dalam bahasa. Ada dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara satuan-satuan bahasa, yaitu relasi sintagmatik dan asosiatif.
Ada beberapa pakar yang menyumbangkan pemikiran mereka tentang relasi ini. Hasspelmath, Hjelmslev, Firth, Verhaar, Bloomfield, Jakobson dan mungkin linguis lainnya yang belum sempat saya jadikan rujukan. Pendapat Hasspelmath sebagai acuan utama kurang banyak memberi petunjuk yang jelas dan rinci seputar relasi ini. Pada intinya para linguis itu mengaminkan satu sama lainnya hanya saja perbedaan terminologi yang mungkin menjadi ciri khas dari para linguis.

Jakobson menyebut relasi sebagai “axes” (sumbu atau poros). Kombinasi 'this-and-this-and-this' (seperti dalam kalimat 'the man cried') untuk relasi sintagmatik; sementara paradigmatik, seleksi 'this-or-this-or-this' (Misalnya penggantian kata pada kalimat tertentu; 'died' atau 'sang').” Pendapat ini diaminkan oleh Lee Haruki bahwa dalam analisis linguistik sering dipahami bahwa dimensi paradigmatik bahasa sebagai seleksi ‘vertical axis’.
Relasi Paradigmatik ini merupakan hubungan yang terdapat dalam bahasa, namun tidak tampak dalam susunan suatu kalimat. Hubungan asosiatif ini tampak bila suatu kalimat dibandingkan dengan kalimat lain.
Dalam Oxford Concise Dictionary of Literary Terms, diartikan bahwa “paradigm is: a set of linguistic or other units that can be substituted for each other in the same position within a sequence or structure.” A paradigm in this sense may be constituted by all words sharing the same grammatical function, since the substitution of one for another does not disturb the syntax of a sentence. Sedangkan “syntagm”: a linguistic term designating any combination of units…which are arranged in a significant sequence.” Pun sebuah kalimat sebagai sebuah sintagmatik dari kata-kata. Jadi dapat dipahami paradigmatik itu sebagai substitusi sedangkan sintagmatik itu kombinasi bersekuensi.

Pemerian Contoh
Baiklah diuraikan dalam contoh berikut:
Seperti kata “saya”, “memetik” dan “bunga”. Ketiga kata ini bisa digabung menjadi kalimat “saya memetik bunga”. Gabungan kata yang sesuai itu memiliki makna. Penggabungan kata ini tidak terjadi begitu saja, tetapi dipertimbangkan menurut konvensi bahasa dan kolokasi kata. Kata “memetik” tentu tidak bisa digantikan dengan kata “mengalir”. Atau gabungan kata “bunga mengalir” ; Karena gabungan ini tidak memiliki makna karena tidak sesuai tata bahasa yang umum atau standar.
Kalimat: “The cat was sitting on the rug,” “the” dipilih dari sejumlah kata seperti “a,” “their,” “his,” dan “my” yang dapat mengisi slot yang sama menurut sistem paradigmatik, yakni, seleksi ‘vertical axis’. Juga, “cat” dipilih selain “dog,” “boy,” atau “baby,” serta “was” dibanding memilih “is,” dst. Juga dua kalimat berikut: “I write what I know.”; dan “I know what I write.” Terdiri dari satuan yang sama, “I,” “write,” “what,” dan, “know.” Tetapi, makna dari dua kalimat ini berbeda karena satuan-satuan yang menyusun kalimat tersebut diatur secara berbeda didasarkan atas sistem sintagmatik, yaitu kombinasi “horizontal axis”.
Dalam bahasa Perancis misalnya kata “re-lire” (baca kembali), la vie humain (kehidupan manusia) disusun secara linier (berada dalam in-praesentia) artinya unsur-unsur tersebut harus hadir secara berurut dalam waktu tertentu secara lengkap. “éducation” (pendidikan), “apprentisage” (pembelajaran) berhubungan secara paradigmatik dengan kata “enseignment” (pengajaran) dalam artian bahwa kata yang disebutkan terdahulu selalu solider dengan kata yang disebut terakhir (in-absentia) (Kembuan).

Pada kalimat diatas “Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen”, kata “terima kasih” digantikan dengan “mauliate” (bahasa Batak Toba); “haturnuhun” (bahasa Sunda); “horas” (bahasa Batak Toba); “danke” (bahasa Belanda) bertujuan untuk menunjukkan bentuk relasi paradigmatik bahwa bisa digantikan oleh kata lain dalam bahasa daerah sehingga dibubuhkan tanda kutip. Memang harus diingat bahwa relasi paradigmatik itu seharusnya dalam bahasa yang sama yang lebih mengarah pada pemilihan kata saja.
Jadi pada paparan ini, pesan terstruktur menurut dua sistem paradigmatik dan sintagmatik. Dalam The Linguistics Encyclopedia diperikan bahwasanya pada “syntagmatic axis” kata-kata terhubung (linked, or chained) menurut aturan-aturan gramatika, tetapi kita membuat pilihan tentang kata-kata yang mana yang dihubungkan bersama merupakan “paradigmatic axis” -- axis of choice.

Manfaat Praktis Memahami Relasi Sintagmatik – Paradigmatik

1. Dalam “Term Variation” (Baca: Syntagmatic and Paradigmatic Representations of Term Variation: Christian Jacquemin (341-343) 10.1.1.12.9208[1] syntagmatig.pdf
2. Dalam penyusunan kamus (Igor A. Bolshakov and Alexander Gelbukh)
W04-2110[1] paradigmatic n s.pdf Ringkasnya tentang : syntagmatic (collocations), paradigmatic (WordNet-like), or paronymic (words similar in letters or in morphs).
3. Dalam Percakapan Sehari-hari ; 05_Lee PARADIGM N SINTAG.pdf
4. Dalam Bidang Multimedia (Prof. Marc Davis : slide 22-23) 2004-09-08_IS246-Lecture-03_FINAL PARADIGM N S.ppt
5. Dalam Pengajaran Bahasa (Jumbled-letters, Rearranging Sentences, dsb.)
6. Dalam membentuk pola berpikir yang sistematis.
7. Bidang Penerjemahan (Grammar Translation Method).

Rujukan Bacaan:

Bahan bacaan tentang Relasi Sintagmatik – Paradigmatik dari Hasspelmath, Bauer; Palmer; Saeed; Verhaar; Broughton; Chandler; Lee; Wajiran; Ahimsa; Kridalaksana; Bolshakov dan Gelbukh; Davis; Kembuan, Jacquemin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar